Wednesday, December 24, 2014

Galau.

GALAU

(KBBI): sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran).
Menurut kebanyakan orang (remaja) Indonesia: sedih, dengan sedikit bingung, tidak tahu harus berbuat apa.
Menurut gue: ya hampir sama kayak bingung. (maaf gue emang suka ngarang gitu).

Dalam hidup, selalu ada pilihan. Mau jadi seperti ini, atau seperti itu. Ingin ini, atau ingin itu. Dan kita, manusia, diberkahi otak dan hati yang harus dikolaborasikan dengan baik, to choose it wisely. 

Gue yakin semua orang punya prinsip, dan gue juga yakin cuma beberapa dari orang-orang yang memegang teguh, menjalankan prinsip nya. Prinsip yang dijalankan itu yang dinamakan komitmen (menurut gue aja sih itu mah, hehe). Gue juga yakin (yakin melulu, emangnya rukun iman? Heu) kalo kita bakalan dapet something worth it setelah menjalankan komitmen kita. Hasil memang tidak selalu nyata, tapi itu ada. 

Dalam menjalankan kehidupan, gak jarang gue dihadapkan pada pilihan yang susah gue pilih, pilihan yang menggoyahkan hati, pilihan yang sebenernya nggak mau gue pilih, tapi harus dipilih. Dan gue, insya Allah sedang menjalankan sebuah komitmen yang hampir saja gue langgar (emang bandel anaknya), yaitu gue berjanji pada diri sendiri untuk tidak mempunyai hubungan yang menyita uang, waktu, pikiran, dan tenaga spesial dengan lawan jenis (re: pacaran), sampai diterima di perguruan tinggi nanti, aamiin. Gue menjalani komitmen itu mulai dari akhir kelas X sampai sekarang. Memang, dalam menjalani komitmen itu beraaaaaaaaaaaaat banget. Misalnya gue udah deket sama seorang cowok berbulan-bulan, giliran dia nembak, gue nggak bisa. Kan rese. Gue mau nyuruh dia buat nunggu juga, gak enak. Terusan dia sama yang baru. Gapapa aku mah dari kecil juga udah biasa minum susu (maksudnya mah kuat heu).

Setelah dia sama yang baru, gue sedih, gue pikir-pikir lagi.. Ngapain ya gue jalanin komitmen kayak gini? Tujuannya buat fokus UN dan PTN, tapi intensitas belajar gue juga gak bertambah dengan menjalankan komitmen ini. Dipikir-pikir juga, gue tetep smsan, kontekan sama cowok kayak pacaran. Terus kenapa?

Gue mikir 3 tahuneun (buset, itu mikir atau bikin pabrik, keburu lulus). Setiap cowok yang deket sama gue, setelah gue kasihtau komitmen gue, malah pergi sama yang lain, ada yang perginya diem-diem, terang-terangan, lucu kali ya kaya gitu, dengan alasan tersirat "gak sabar nunggu." 

Tapi untungnya, gue teteg sama prinsip ini, ya memang, dengan menjalankan komitmen ini, doesn't make me any smarter, doesn't make me keep my concentration on school stuffs, doesn't make me any obedient to my religion. But at least, gue percaya kalo setiap nafsu yang gue tahan, setiap pengorbanan yang udah gue korbankan, akan ada hasilnya. Mungkin gak sekarang, tapi ada saatnya. Siapa yang tau? Bukan gue, bukan lu, bukan ibu gue, bukan tetangga gue, apalagi anak tetangga gue yang umurnya masih 3 tahun (belum bisa mikir).

Apakah setelah itu gue bersedih? Iya, gue bersedih untuk beberapa saat. Tapi setelah itu, gue akan menjadi seperti sediakala, menjadi 'that girl who plays around', dan kemudian berlabuh kembali di 'pelabuhan' yang tak terduga. Apakah gue 'galau'; menulis status menyedihkan, marah-marah, nangis? Mungkin, bisa jadi. But I'd rather not. :)

Akan selalu ada jawaban disetiap pilihan, walaupun terkadang kita tidak memilih, itu juga adalah jawaban. Semua orang butuh waktu, sama seperti gue, yang membutuhkan waktu 'sendiri' dalam kesendirian. Dalam setiap kegundahan dan kegalauan atas komitmen gue ini, gue yakin, there'll be something great I'm going to pick in the end.


Salam,
Anggreina

No comments:

Post a Comment